Senin, 15 Agustus 2016

Sejarah Perkembangan Batik di Indonesia


Pengertian Batik
Secara etimologis, kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik". Batik adalah seni gambar di atas kain untuk pakaian yang dibuat dengan teknik resist menggunakan material lilin. “Batik dipahami sebagai karya seni rupa di atas kain melalui proses pewarnaan rintang, dengan lilin batik yang digunakan sebagai perintang” (Konsesus Nasional, 1996).
Hamzuri (2004:4) menegaskan bahwa batik merupakan gambar atau lukisan di atas kain mori melalui penggunaan canting. Lukisan pada batik dihasilkan melalui alat yang bernama canting. Canting sendiri terdiri dari ukuran yang beragam, yang penggunaannya disesuaikan dengan jenis serta kehalusan titik ataupun garis yang hendak dibuat.

Peranan Batik di Indonesia
Batik merupakan produk budaya Indonesia yang sangat unik dan kekayaan budaya yang harus dilestarikan serta dibudidayakan.  Batik juga merupakan salah satu solusi untuk menambah devisa negara melalui perdagangan industri kecil dan menengah.
Batik Indonesia diakui oleh dunia sebagai batik yang betul-betul sempurna keindahannya, baik mengenai desain maupun proses pembuatannya. Batik menjadi bagian dari 76 seni dan tradisi dari 27 negara yang diakui UNESCO dalam daftar warisan budaya tak benda (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) melalui keputusan komite 24 negara yang bersidang di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu.

Sejarah Perkembangan Batik
Ditinjau dari perkembangan, batik telah mulai dikenal sejak jaman Majapahit dan masa penyebaran Islam. Pada mulanya, batik hanya dibuat terbatas untuk kalangan keraton. Batik dikenakan oleh raja dan keluarga serta pengikutnya. Oleh para pengikutnya inilah kemudian batik dibawa keluar keraton dan berkembang di masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan sejarahnya, periode perkembangannya batik dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1 Zaman Kerajaan Majapahit
Berdasarkan sejarah perkembangannya, batik telah berkembang sejak jaman Majapahit. Mojokerto merupakan pusat kerajaan Majapahit dimana batik telah dikenal pada saat itu. Tulung Agung merupakan kota di Jawa Timur yang juga tercatat dalam sejarah perkembangan batik. Pada waktu itu, Tulung Agung masih berupa rawa-rawa yang dikenal dengan nama Bonorowo, dikuasai oleh Adipati Kalang yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Majapahit hingga terjadilah aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit. Adipati Kalang tewas dalam pertempuran di sekitar desa Kalangbret dan Tulung Agung berhasil dikuasai oleh Majapahit. Kemudian banyak tentara yang tinggal di wilayah Bonorowo (Tulung Agung) dengan membawa budaya batik. Merekalah yang mengembangkan batik. Dalam perkembangannya, batik Mojokerto dan Tulung Agung banyak dipengaruhi oleh batik Yogyakarta. Hal ini terjadi karena pada waktu clash tentara kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro, sebagian dari pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah Majan. Oleh karena itu, ciri khas batik Kalangbret dari Mojokerto hampir sama dengan batik Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua.
2 Zaman Penyebaran Islam
Batoro Katong seorang Raden keturunan kerajaan Majapahit membawa ajaran Islam ke Ponorogo, Jawa Timur. Dalam perkembangan Islam di Ponorogo terdapat sebuah pesantren yang berada di daerah Tegalsari yang diasuh Kyai Hasan Basri. Kyai Hasan Basri adalah menantu raja Kraton Solo. Batik pada saai itu masih terbatas dalam lingkungan keraton akhirnya membawa batik keluar dari kraton dan berkembang di Ponorogo. Pesantren Tegalsari mengajarkan anak didiknya ilmu agama dan bidang-bidang kepamongan. Daerah perbatikan lama yang dapat dilihat sekarang adalah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan meluas ke desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.
2.3.3        Batik Solo dan Yogyakarta
Batik di daerah Yogyakarta dikenal sejak jaman Kerajaan Mataram ke-I pada masa raja Panembahan Senopati. Plered merupakan desa pembatikan pertama. Proses pembuatan batik pada masa itu masih terbatas dalam lingkungan keluarga kraton dan dikerjakan oleh wanita-wanita pengiring ratu. Pada saat upacara resmi kerajaan, keluarga kraton memakai pakaian kombinasi batik dan lurik. Melihat pakaian yang dikenakan keluarga kraton, rakyat tertarik dan meniru sehingga akhirnya batik keluar dari tembok kraton dan meluas di kalangan rakyat biasa.
Ketika masa penjajahan Belanda, dimana sering terjadi peperangan yang menyebabkan keluarga kerajaan yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah lain seperti Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur Ponorogo, Tulung Agung dan sebagainya maka membuat batik semakin dikenal di kalangan luas.
2.3.4        Batik di Wilayah Lain
Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja. Pada tahun 1830 setelah perang Diponegoro, batik dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro yang sebagian besar menetap di daerah Banyumas. Batik Banyumas dikenal dengan motif dan warna khusus dan dikenal dengan batik Banyumas. Selain ke Banyumas, pengikut Pangeran Diponegoro juga ada yang menetap di Pekalongan dan mengembangkan batik di daerah Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo.
Selain di daerah Jawa Tengah, batik juga berkembang di Jawa Barat. Hal ini terjadi karena masyarakat dari Jawa Tengah merantau ke kota seperti Ciamis dan Tasikmalaya. Daerah pembatikan di Tasikmalaya adalah Wurug, Sukapura, Mangunraja dan Manonjaya. Di daerah Cirebon batik mulai berkembang dari keraton dan mempunyai ciri khas tersendiri.

Jenis-jenis Batik
Jenis batik di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan cara pembuatannya dan motifnya. Berikut adalah jenis-jenis batik:
1        Jenis Batik berdasarkan Pembuatannya
a.      Batik Tulis
Batik tulis merupakan jenis batik spesial dan mahal dibanding batik yang lain, karena didalam pembuatan batik ini sangat diperlukan keahlian serta pengalaman, ketelitian, kesabaran, dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah batik tulis. Untuk sebuah batik tulis paling cepat dapat diselesaikan selama dua minggu oleh seorang pembatik, itupun dikarenakan cuaca yang cerah dan desain motif yang biasa dan juga tidak terlalu rumit.

b.       Batik Cetak
Batik cetak atau disebut juga dengan batik cap, merupakan proses pembatikan yang menggunakan cap atau alat cetak atau stempel yang terbuat dari tembaga dan pada cap tersebut telah terpola batik. Sehingga proses pembatikan cetak (cap) ini dapat jauh lebih cepat dan mudah. Untuk pengerjaan jenis batik ini dapat diproduksi secara banyak dan juga hanya diperlukan waktu satu minggu untuk menyelesaikan proses pembatikan ini.

c.        Batik Printing
Batik printing disebut juga dengan batik sablon, karena proses pembatikan jenis batik ini sangant mirip dengan proses penyablonan. Motif batik telah di buat dan desain diprint diatas alat offset/sablon, sehingga dapat sangat memudahkan pengerjaan batik khususnya pewarnaan dapat langsung dilakukan dengan alat ini

2. Jenis Batik berdasarkan Motif
a.  Batik Jlamprang

Motif batik jlamprang banyak diproduksi di Pekalongan. Sebagian besar berbentuk geometris dan kadang berbentuk bintang atau mata angin. Canting yang digunakan ujungnya berbentuk segi empat.

b. Batik Terang Bulan

Umumnya, desain batik ini hanya ada di bagian bawah, baik itu berupa lung-lungan atau berupa ornamen pasung, sementara bagian atasnya kosong atau berupa titik-titik. Batik terang bulan ini disebut juga gedong.

c.       Batik Cap Kombinasi Tulis

Proses pembentukan motif batik ini menggunakan batik cap dan batik tulis murni. Setelah diproses dengan canting cap, kain batik kembali ditulis dengan canting tangan untuk memperhalus motif. Proses ini biasanya dilakukan untuk mempercepat produksi batik dan keseragaman.

d.      Batik Tiga Negeri Pekalongan

Batik ini memiliki beberapa warna dalam satu kain, yaitu merah, biru dan soga yang semua dibuat di Pekalongan. Sejarahnya, proses pewarnaan ini perlu melibatkan tiga tempat, yaitu Lasem, Pekalongan,dan Solo. Untuk warna merah para pembatik harus ke wilayah Lasem, warna biru ke wilayah Pekalongan, sedangkan untuk mendapatkan warna soga (cokelat) pembatik harus ke wilayah Solo. Kerumitan yang tinggi inilah yang menjadikan Batik Tiga Negeri sebuah masterpeice Batik Nusantara.


e.       Batik Sogan Pekalongan

Batik sogan pekalongan melalui proses dua dua kali. Proses pertama, latar putih diberi coletan (teknik pewarnaan batik) dan untuk proses kedua, batik ditandai penuh atau berupa titik halus, baru setelah itu disoga (diberi warna cokelat). Karena warnanya, Batik Sogan Pekalongan terlihat klasik.


0 komentar: